Minggu, 30 Maret 2014

Achmad Ghozali bin Kasbari

Achmad Ghozali bin Kasbari, lahir di desa Sengon, kecamatan Subah Kabupaten Batang - Jawa Tengah tanggal 6 April 1953. Biasa dipanggil Pak Li. Pernah menjadi santri di ponpes Tebu Ireng dan menurut cerita yang pernah beliau sampaikan, berkesempatan menjadi murid  Kiai Idris.

Tidak ada penjelasan dari beliau, apakah yang dimaksud Kiai Idris adalah KH Idris Kamali atau bukan. Jika memang guru beliau adalah KH Idris Kamali, maka sungguh sebuah keberuntungan bisa menimba ilmu dari salah satu ulama besar yang sekaligus menantu dari KH Hasyim Asyari tersebut.
Tentang KH Idris Kamali bisa dilihat disini

Beliau, Pak Li mengisahkan, selama di Tebu Ireng beliau ini ikut mengabdi di ndalem kyai, salah satu tugasnya yang saya ingat karena dipraktekan juga dirumah adalah memerah susu kambing. Mengurus ternak memang sudah tidak asing, karena sejak kecil beliau sudah membantu Mbah Bari merawat sapi. Saya ingat suatu ketika ketika hari raya Iedul Adha, ada sapi qurban yang berontak dan membuat orang-orang ketakutan, dengan mantab beliau mendekati sapi tersebut, memegang tali kekang dan mengelus kepalanya. Alkhamdulillah atas pertolongan Allah, sapi tersebut berubah menjadi tenang.

Beliau ketika mengajar membaca alquran sangat tegas, dengan sistem sima'an. Salah sedikit saja langsung ditegur sampai dipukul kepalanya ( pakai bantal ). Sampai nangis-nangis saya belajar sama beliau ini. Dan beliau menuturkan seperti itulah dulu Kiai Idris mengajarinya. Nggak sampai dipukul, Kiai Idris dehem saja para santri sudah ketakutan.

Oleh-oleh beliau dari Tebu Ireng yang lain adalah Pencak Silat. Beliau bisa menaklukan orang yang menyerangnya dengan hanya tiga jurus ( tarik, banting, kunci ). Dan senjatanya bukanlah pedang, tapi sarung. Banyak cerita mengenai kehebatan ilmu kanuragan beliau ini. Saya pernah minta satu jurus, dan ketika saya praktekan pada saat sambung (latihan) sangat ampuh & mengena dengan telak.

Namun dibalik banyaknya cerita kesaktian beliau, Pak Li hanya hamba Allah yang lemah. Yang mengajarkan kepada anaknya bahwa tiada daya upaya & kekuatan melainkan hanya dengan pertolongan Allah saja.

Ketika beliau berdakwah, mengajak warga desa Jrakah Payung khususnya dusun Wonoharjo untuk lebih giat beribadah. Beliau menggunakan pendekatan yang sangat mendasar dalam berkomunikasi dan menyampaikan dakwahnya.

Pada awalnya warga disana enggan untuk beribadah karena banyak alasan, salah satunya mereka pesimis. Tidak akan bisa masuk surga karena belum bisa melaksanakan ibadah dengan benar, maka untuk menarik minat & memberi semangat bapak-bapak dan ibu-ibu yang usianya sudah lanjut beliau memberikan kabar gembira bahwa semua umat islam Insya Allah masuk surga.

Akhirnya dengan hidayah Allah, tergeraklah para penduduk untuk mulai belajar, dan memang betul bahwa belajar diwaktu tua itu susahnya bukan main. Lidahpun sudah kelu sampai-sampai misalnya mengucapkan "laayaghfiru" berubah menjadi "layar biru".. ya Allah..

Perkembangan kegiatan ibadah warga dusun Wonoharjo ini begitu luar biasa, jika sekarang anda berkunjung kekampung tersebut, akan anda jumpai sebuah masjid ( Masjid Nurul Iman ) yang berada ditengah kampung tersebut. Terakhir saya kesana jamaah sholat Jum'atnya sudah banyak.

Saya ingat, dulu masjid ini hanya mushola. Jika mau sholat Jum'at kami harus kemasjid besar yang letaknya cukup jauh. Karena letak masjid besar ini jauh, maka banyak orang yang jadi enggan sholat jum'at. Akhirnya para tokoh adat Wonoharjo memutuskan melaksanakan sholat jum'at di Mushola Nurul Iman ini. Dengan pak Li salah satunya, sebagai imam & khotib perintisnya.

Dimasa awal pelaksanaan sholat Jum'at ini, bukan tanpa halangan dan ujian, namun dengan keteguhan hatinya beliau tetap meneruskan perjuanganya.

Dimasa awal, jamaahnya mungkin tidak mencapai 40 orang, tapi beliau tetap teguh. Bahkan meneguhkan lagi, andaipun tidak ada jamaahnya maka beliau akan Adzan sendiri, khutbah sendiri dan jadi imam sendiri. Jika ada yang mengatakan sholatnya tidak sah, tidak dapat pahala. Maka akan dipersilahkan oleh beliau, silahkan ambil pahalanya tapi beliau akan tetap melaksanakan Sholat Jum'at di Nurul Iman.

Pak Li mungkin akan tersenyum saat ini melihat bahwa keteguhanya ternyata membuka jalan bagi banyak orang untuk bisa lebih mudah beribadah sholat Jum'at. Warga Wonoharjo bahu membahu membangun mushola Nurul Iman menjadi Masjid yang indah. Diwaktu Jum'at jamaahnya tumpah ruah.

Semoga perjuangan beliau, bisa menjadi amal sholih yang bisa dijadikan bekal dialam kuburnya. Amin..

Beliau wafat di Sengon Hari Minggu Wage 19 November 2000 dan dimakamkan di TPU desa Sengon, didekat pusara Mbah Bari

Mungkin beliau keras semasa hidupnya, dan banyak salahnya juga, dan jika beliau belum sempat minta maaf, bagi yang kenal mohon dimaafkan segala salah & khilafnya. Semoga semua amal kebajikanya diterima dan dosa-dosanya diampuni Allah SWT, Amin..

Teguh Ujianto