Selasa, 18 Februari 2014

Silaturahmi ke Samboja ; Semanis Salak Pondoh

Hari jumat minggu lalu, bertiga dengan istri dan anak, kami ke Samboja. Silaturahmi ke rumah "pakdhe Is"
Beliau ini adalah kerabat dari Bani Achmad, sedangkan kami sendiri dari Bani Nurjan.

Entah bagaimana ceritanya, dahulu kala mbah Nurjan dan mbah Achmad ini berikrar untuk menjadi satu keluarga. Jadi sebagai generasi penerus kamipun tetap melanjutkan hubungan silaturahmi para embah kami itu.

Pakdhe Is adalah generasi ketiga ( cucu mbah Achmad ), saya generasi ke empat ( buyut mbah Nurjan ).
Setiap tahun, biasanya hari ketiga setelah Iedul Fitri dua keluarga besar ini melakukan reuni. Tempatnya bergiliran & bergantian, jika tahun ini diadakan dirumah keluarga Bani Nurjan, maka tahun depan di salah satu rumah keluarga Bani achmad.

Walaupun belum pernah bertemu sebelumnya, dengan hanya tahu bahwa saya ini adalah 'keponakanya', maka pakdhe Is mencari saya, rasanya bahagia sekali manakala tahu ada orang yang belum pernah bertemu tapi begitu peduli , sampai sampai pada saat pertama bertemu dengan beliau saya hampir menangis (mungkin sudah menangis).

Moment itu rasanya luar biasa, itulah mungkin salah satu keindahan dari silaturahmi, menjaga hubungan kekeluargaan. Dan dari beliau akhirnya saya diperkenalkan dengan saudara-saudara yang lain yang ada di Balikpapan. Hebatnya lagi dari garis bani Achmad ini banyak sekali yang sukses & berpendidikan. Sementara dari bani Nurjan ini boleh dibilang tertinggal jauh.

Entahlah, mungkin dahulu mbah Nurjan melihat bahwa mbah Achmad ini nantinya akan punya keturunan yang hebat-hebat, makanya beliau nyedulur. Setidaknya mungkin agar kami sebagai keturunanya belajar tentang bagaimana mereka begitu peduli dengan pendidikan, bagaimana hidup dengan visi, dan bagaimana tetap mau peduli dengan yang saudara yang sedang berjuang, dengan membantunya, nyuluri agar semua keluarganya bisa sukses. Dan tetap membumi meski sudah membumbung tinggi.

Pakdhe Is ini ternyata terkenal juga, berikut ini ada salah satu tulisan tentang beliau ;

Agrowisata Salak Pondoh

SAMBOJA - Salak Pondoh, berbentuk kecil dengan daging buah yang kenyal serta tidak menempel dengan biji, juga rasanya yang sangat manis, dan berasal dari Pulau Jawa, ternyata dapat tumbuh subur di Kecamatan Samaboja Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar). Pengembangnya adalah Kelompok Tani Tunas Madani (TM).

Desa Bukit Raya, yang berada sekitar 5 Km dari Kecamatan Samboja merupakan areal yang sangat cocok untuk perkebunan salak. Luas lahan keseluruhan sekitar 5 hektar,  Kelompok Tani Tunas Madani berupaya untuk menjadikan desa Bukit Raya menjadi lokasi wisata agro, apalagi akses ke desa Bukit Raya sudah mendapatkan proyek semenisasi oleh Pemerintah Kukar, beberapa tahun lalu.

Bapak Sutiarso Ketua Kelompok Tani menceritakan, dirinya tertarik dengan tanaman salak ini sekitar tahun 1994 lalu, artinya sudah empat belas tahun ia memelihara kebun salak, bibit pada waktu itu dibelinya langsung dari Jawa dan ditanam diatas areal tanah 500 meter persegi dan perkebunan tersebut dikelola sendiri dan belum memiliki kelompok tani. Sejak tahun 2000 lalu dirinya bersama 5 orang petani salak lainnya mendirikan kelompok tani, dan kemudian mengembangkan perkebunan salak, awalnya jenis yang ditanam adalah Salak Pondoh, namun kini dirinya mulai mengembangkan jenis yang lainnya yaitu salak lumut, salak gula pasir dan salak madu.

Bibit yang dikembangkannya selain untuk ditanam di perkebunan sendiri, juga dijual kepada warga sekitarnya yang juga ingin mengembangkan perkebunan salak.

“Sementara ini bibit hanya dijual bagi warga desanya, dengan demikian desa ini benar-benar menjadi sentral produksi buah salak,” harap Sutiarso.

Menurut Sutiarso, pada saat sekarang penjualan hasil panen salak tidak mengalami kendala, hargapun cukup tinggi satu kilo salak segar dijual dengan harga Rp. 8 ribu s/d Rp.10 ribu, selain dijual sendiri terkadang ada tengkulak yang datang langsung ke kebun salak milik kelompok taninya. 

Namun dirinya bersama kelompok taninya, telah mengambil langkah strategis dengan membuat makanan olahan dari bahan salak semisal wine, kripik dan dodol. Hal ini didukung pula dari Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Kukar, dengan memberikan bantuan alat pengolahan buah segar (Vacum Frayer) menjadi makanan olahan lain seperti kripik tahun 2006 lalu.

“Sekarang salak selain dijual sebagai buah segar, juga telah dijual sebagai makanan lain yaitu dengan nama Kripik Salak Pondoh produksi Kelompok Usaha Tunas Madani, dan telah dipasarkan sampai ke Samarinda dan Balikpapan,” kata Sutiarso yang juga mantan Anggota Bdan Perwakilan Desa (BPD) Desa Bukit Raya.

Hanya saja menurutnya yang menjadi kendala adalah pasokan bahan baku, hasil panen yang berasal dari perkebunan miliknya tidak mencukupi, sehingga untuk mengatasi agar usahanya tersebut tetap berproduksi, maka selain membuat makanan berbahan salak, kelompoknya juga membuat makanan berbahan pisang dan nanas, untuk pisang dan nanas di Samboja sangat banyak dan mudah didapat.

Dari hasil, perkebunan salak, kini Sutiarso telah mampu menyekolahkan kedua anaknya sampai kejenjang perguruan tinggi, bahkan anak sulungnya pada saat sekarang terdaftar sebagai mahasiswa kedokteran semester VIII di Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman yang akan menyelesaikan sarjana kedokterannya menuju coass, kemudian anak ragilnya merupakan mahasiswi berprestasi di almamater yang sama pada jurusan Teknik Pertambangan.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar