Beliau ini adalah kerabat dari Bani Achmad, sedangkan kami sendiri dari Bani Nurjan.
Entah bagaimana ceritanya, dahulu kala mbah Nurjan dan mbah Achmad ini berikrar untuk menjadi satu keluarga. Jadi sebagai generasi penerus kamipun tetap melanjutkan hubungan silaturahmi para embah kami itu.
Pakdhe Is adalah generasi ketiga ( cucu mbah Achmad ), saya generasi ke empat ( buyut mbah Nurjan ).
Setiap tahun, biasanya hari ketiga setelah Iedul Fitri dua keluarga besar ini melakukan reuni. Tempatnya bergiliran & bergantian, jika tahun ini diadakan dirumah keluarga Bani Nurjan, maka tahun depan di salah satu rumah keluarga Bani achmad.
Walaupun belum pernah bertemu sebelumnya, dengan hanya tahu bahwa saya ini adalah 'keponakanya', maka pakdhe Is mencari saya, rasanya bahagia sekali manakala tahu ada orang yang belum pernah bertemu tapi begitu peduli , sampai sampai pada saat pertama bertemu dengan beliau saya hampir menangis (mungkin sudah menangis).
Moment itu rasanya luar biasa, itulah mungkin salah satu keindahan dari silaturahmi, menjaga hubungan kekeluargaan. Dan dari beliau akhirnya saya diperkenalkan dengan saudara-saudara yang lain yang ada di Balikpapan. Hebatnya lagi dari garis bani Achmad ini banyak sekali yang sukses & berpendidikan. Sementara dari bani Nurjan ini boleh dibilang tertinggal jauh.
Entahlah, mungkin dahulu mbah Nurjan melihat bahwa mbah Achmad ini nantinya akan punya keturunan yang hebat-hebat, makanya beliau nyedulur. Setidaknya mungkin agar kami sebagai keturunanya belajar tentang bagaimana mereka begitu peduli dengan pendidikan, bagaimana hidup dengan visi, dan bagaimana tetap mau peduli dengan yang saudara yang sedang berjuang, dengan membantunya, nyuluri agar semua keluarganya bisa sukses. Dan tetap membumi meski sudah membumbung tinggi.
Pakdhe Is ini ternyata terkenal juga, berikut ini ada salah satu tulisan tentang beliau ;
Agrowisata Salak Pondoh
SAMBOJA
- Salak Pondoh, berbentuk kecil dengan daging buah yang kenyal serta
tidak menempel dengan biji, juga rasanya yang sangat manis, dan berasal
dari Pulau Jawa, ternyata dapat tumbuh subur di Kecamatan Samaboja
Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar). Pengembangnya adalah Kelompok Tani
Tunas Madani (TM).
Desa
Bukit Raya, yang berada sekitar 5 Km dari Kecamatan Samboja merupakan
areal yang sangat cocok untuk perkebunan salak. Luas lahan keseluruhan
sekitar 5 hektar, Kelompok Tani Tunas Madani berupaya
untuk menjadikan desa Bukit Raya menjadi lokasi wisata agro, apalagi
akses ke desa Bukit Raya sudah mendapatkan proyek semenisasi oleh
Pemerintah Kukar, beberapa tahun lalu.
Bapak
Sutiarso Ketua Kelompok Tani menceritakan, dirinya tertarik dengan
tanaman salak ini sekitar tahun 1994 lalu, artinya sudah empat belas
tahun ia memelihara kebun salak, bibit pada waktu itu dibelinya langsung
dari Jawa dan ditanam diatas areal tanah 500 meter persegi dan
perkebunan tersebut dikelola sendiri dan belum memiliki kelompok tani.
Sejak tahun 2000 lalu dirinya bersama 5 orang petani salak lainnya
mendirikan kelompok tani, dan kemudian mengembangkan perkebunan salak,
awalnya jenis yang ditanam adalah Salak Pondoh, namun kini dirinya mulai
mengembangkan jenis yang lainnya yaitu salak lumut, salak gula pasir
dan salak madu.
Bibit
yang dikembangkannya selain untuk ditanam di perkebunan sendiri, juga
dijual kepada warga sekitarnya yang juga ingin mengembangkan perkebunan
salak.
“Sementara
ini bibit hanya dijual bagi warga desanya, dengan demikian desa ini
benar-benar menjadi sentral produksi buah salak,” harap Sutiarso.
Menurut
Sutiarso, pada saat sekarang penjualan hasil panen salak tidak
mengalami kendala, hargapun cukup tinggi satu kilo salak segar dijual
dengan harga Rp. 8 ribu s/d Rp.10 ribu, selain dijual sendiri terkadang
ada tengkulak yang datang langsung ke kebun salak milik kelompok
taninya.
Namun
dirinya bersama kelompok taninya, telah mengambil langkah strategis
dengan membuat makanan olahan dari bahan salak semisal wine, kripik dan
dodol. Hal ini didukung pula dari Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan
Kukar, dengan memberikan bantuan alat pengolahan buah segar (Vacum
Frayer) menjadi makanan olahan lain seperti kripik tahun 2006 lalu.
“Sekarang
salak selain dijual sebagai buah segar, juga telah dijual sebagai
makanan lain yaitu dengan nama Kripik Salak Pondoh produksi Kelompok
Usaha Tunas Madani, dan telah dipasarkan sampai ke Samarinda dan
Balikpapan,” kata Sutiarso yang juga mantan Anggota Bdan Perwakilan Desa
(BPD) Desa Bukit Raya.
Hanya
saja menurutnya yang menjadi kendala adalah pasokan bahan baku, hasil
panen yang berasal dari perkebunan miliknya tidak mencukupi, sehingga
untuk mengatasi agar usahanya tersebut tetap berproduksi, maka selain
membuat makanan berbahan salak, kelompoknya juga membuat makanan
berbahan pisang dan nanas, untuk pisang dan nanas di Samboja sangat
banyak dan mudah didapat.
Dari
hasil, perkebunan salak, kini Sutiarso telah mampu menyekolahkan kedua
anaknya sampai kejenjang perguruan tinggi, bahkan anak sulungnya pada
saat sekarang terdaftar sebagai mahasiswa kedokteran semester VIII di
Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman yang akan menyelesaikan
sarjana kedokterannya menuju coass, kemudian anak ragilnya merupakan
mahasiswi berprestasi di almamater yang sama pada jurusan Teknik
Pertambangan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar