Dari
setiap furniture yang dibuat, ada pohon yang harus ditebang. Dari setiap pohon
yang tumbang, bumi kehilangan sumber – sumber penghasil oksigen dan penyerap
karbon dioksida.
Lalu
bisakah membuat furniture tanpa menebang pohon lagi ? Selama bahan bakunya
masih kayu, maka kemungkinan untuk membuat mebel tanpa menebang pohon tidaklah
mungkin. Tetapi kita bisa mengurangi jumlah pohon yang ditebang dengan 3 cara;
reuse, reduce & recycle
1. RE-USE
1. RE-USE
Memakai kembali
mebel yang sudah tidak terpakai, jika ada kerusakan yang tidak terlalu parah
bisa diperbaiki. Selama masih bisa digunakan maka gunakanlah
2. REDUCE
Mengurangi
tingkat konsumsi mebel kayu, dan mulai mengembangkan mebel alternative berbahan
baku non kayu, seperti rotan, besi, aluminium, dll
3. RECYCLE
Dengan membeli
dan menggunakan mebel recycle, berarti kita telah ikut serta dalam usaha
menyelamatkan lebih banyak pohon. Kayu recycle adalah kayu yang pernah dipakai
sebagai bahan baku rumah, ataupun mebel. Dengan menggunakanya lagi, berarti
kita menambah umur pakai kayu tersebut dan hal ini member kesempatan kayu lain
yang masih berupa pohon untuk bisa tumbuh lebih lama di alam.
Mebel kayu
recycle ada yang pure 100% kayu recycle, ada pula yang dicampur dengan kayu
baru karena tingkat kesulitan membuat mebel kayu recycle sangat tinggi. Kayu bekas
rumah contohnya, rumah akan dibongkar jika kondisinya sudah mulai rusak, atau
bahkan sudah rusak parah. Jadi bisa dibayangkan bagaimana kondisi kayu bekas
rumah tersebut, butuh ketelatenan dalam memilih, membersihkan paku, menyambung
kayu satu persatu dan merakitnya menjadi mebel sesuai pesanan.
Hal ini pula yang
menyebabkan harga mebel kayu recycle lebih tinggi dibandingkan dengan harga
mebel kayu baru. Namun harga tinggi tersebut tentu sebanding dengan nilai
mebelnya, dan juga value untuk kita sendiri karena mau ikut berperan serta
mengurangi jumlah konsumsi kayu baru.
Selain
bisa ikut serta dalam upaya konservasi kayu, memakai mebel berbahan baku kayu
recycle juga menguntungkan, karena kayu recycle memiliki beberapa keunggulan dibanding
kayu yang baru ditebang, diantaranya;
1. High Quality and Durable
Kayu recycle
cenderung sudah stabil, tidak lagi mengalami penyusutan yang ekstrim, sehingga
akan lebih aman digunakan sebagai bahan baku mebel. Pengeringan alami dalam
waktu yang lama adalah jaminan kualitas kayu recycle. Beberapa decade yang
lalu, penduduk di Jawa hanya memakai kayu yang sudah tua untuk membuat mebel /
rumah. Kayu yang sudah tua ini sendiri
sebelum ditebang masih dikeringkan lagi dengan cara dimatikan ( diteres ). Jadi kayu recycle sudah mengalami proses
pengeringan alami yang sangat lama sejak masih pohon sampai jadi rumah / mebel untuk kemudian didaur ulang menjadi
mebel recycle
2. Beautiful
Tampilan kayu
yang sudah termakan waktu dan usia, menjadi daya tarik tersendiri. Permukaan
yang bergelombang, lubang – lubang bekas paku, gumpilan bahkan cerukan besar
kesemuanya seperti sebuah lukisan penuh sejarah akan bagaimana kayu tersebut
berjuang melewati waktu dan sampai dihadapan kita dalam bentuk mebel siap
pakai.
3. Re-sale Value / Harga jual
kembali tinggi
Memiliki mebel
recycle layaknya seperti memiliki benda seni bernilai tinggi, selain bisa
dinikmati sendiri, kelak jika ingin mengganti koleksi, mebel recycle bisa
dijual lagi dengan nilai tinggi. Tidak hanya kepada sesama pemakai mebel
recycle. Kita bahkan bisa ikut mengkampanyekan gerakan Go Green dengan menjual
mebel recycle kepada orang lain dengan menjelaskan apa saja kelebihan dari
mebel recycle tersebut.
Beikut
beberapa tahap membuat mebel kayu recycle
1. Pemilihan
dan Pemilahan Bahan
Harga kayu recycle balok
dengan ukuran 15X15 sangatlah mahal, bisa sampai 14 juta / CBM. Sementara
pembeli selalu menuntut harga yang murah. Sehingga para pengrajin terpaksa
menggunakan kayu kecil ( bekas usuk ) dan kayu limbah untuk dibuat menjadi
mebel. Tentu saja hal ini membuat tampilan mebel terlihat kurang menarik,
karena banyak sekali sambungan papanya. Jika menggunakan kayu baru hal tersebut
seperti menggunakan kayu OP / OPL ( grade C ). Cacat kayu juga banyak dijumpai,
walaupun ditambal masih akan sangat kelihatan.
2. Pembersihan kayu dari
sisa-sisa paku
3. Pemotongan kayu menggunakan
gergaji mesin
Dalam proses ini
seringkali mata gergaji rusak karena menghantam paku yang masih tertinggal
didalam. Akan sangat boros untuk membeli
mata gergaji.
4. Pembuatan Komponen
Kayu yang sudah
dipotong dibuat komponen, untuk bidang yang lebar pada tahap ini adalah proses
menyambung papan kecil-kecil menjadi bidang yang diinginkan. Proses menentukan
kayu mana untuk komponen apa ( njidari ) yang jika memakai kayu baru saja
sulit, menjadi berlipat lagi sulitnya jika memakai kayu recycle.
5. Perakitan komponen menjadi
mebel jadi
6. Finishing
Finishing untuk
kayu recycle ada beberapa macam, diantaranya;
Natural Sand papered
Mebel dirapihkan ( diamplas, kemudian digosok dengan botol/kayu hingga terkesan gilap dan pernah dipakai ). Atau dengan daun pisang kering, atau lilin yang digilapkan dengan gerinda berbantal kardus.
Natural Rustic
Mebel bukanya dirapihkan, namun justru disikat dengan sikat kawat sehingga pori-pori kayu terlihat lebih besar. Lubang dan gumpil sengaja diekspose agar kesan purbanya semakin menonjol. Untuk top coatnya ada yang memakai NC, ada yang memakai WAX dan ada yang dibiarkan natural, apa adanya.
Water Base Painting
Menggunakan cat tembok beberapa lapis, seolah-olah kayu tersebut pernah beberapa kali dicat ulang pada masa dipakai dahulu, kemudian diplener atau gerinda acak sehingga permukaan cat tergores dan terkelupas. Setelah didapat efek painting yang bagus, di top coat dengan NC doff.
Finishing Umum layaknya mebel berbahan baku kayu baru, seperti duco, distressed, NC, PU dan finishing jenis lain yang umum digunakan.
DARK SIDE MEBEL KAYU RECYCLE
1. Hati – hati dengan pengrajin/supplier mebel yang menawarkan harga murah, karena banyak yang dicampur dengan kayu baru. Mebel kayu recycle dengan harga yang sama atau hanya sedikit lebih mahal dari harga mebel kayu baru pasti mempunyai ciri banyak sambungan, cacat kayu lebih banyak, dan pengerjaan yang agak kasar karena kayu yang digunakan adalah kayu limbah ( yang ukuranya kecil-kecil ) seperti bekas usuk atau bahkang reng.
Jika penampakan rapi, lembaran lebar dan sedikit cacat, seharusnya harganya sangat mahal karena harus memakai kayu bekas tiang, jika harganya murah kemungkinan dicampur kayu baru.
Lebih parah lagi ternyata kayu selain jati juga digunakan untuk menambal sulam kekurangan bahan pada mebel kayu recycle. Secara telanjang mata, akan sangat sulit sekali membedakan antara kayu recycle dengan kayu baru jati atau non jati, karena pengrajin punya banyak trik untuk menutupinya. Hanya kejujuran dari pengrajin saja mungkin yang bisa mengungkapkanya.
Dan jika memang kayu baru yang digunakan, maka semangat untuk go greenya jadi ilang dong..
2. Ada trik pengrajin untuk menyamakan warna kayu jati, sehingga jati muda dengan banyak gubal bisa terlihat warnanya coklat seragam dengan kayu terasnya ( galih ). Yaitu dengan mengguyur / direndam air laut, kemudian dijemur (belum pernah membuktikan sendiri).
3. Pengrajin kayu recycle sangat sensitive, hati-hati jangan langsung menanyakan asal-usul kayu, bisa langsung diusir.
4. Selain kayu bekas rumah, yang sedang trend adalah kayu bekas kapal. Selain itu ada akar pohon, bamboo, dan material lain yang kadang dicampur untuk membuat mebel bergaya rustic.
Jepara,
18 Juni 2014
Teguh
Ujianto